Mar 14, 2015

Belajar Bermanfaat Untuk Orang Lain

Saya merasa .BdgBerkebun adalah sebuah rumah yang berisikan orang-orang yang sangat positif dan kreatif. Latar pendidikan berbeda bukanlah penghalang dan hambatan bagi kami untuk berbagi kebermanfaatan dari kegiatan yang kami lakukan yaitu berkebun. Perbedaan inilah yang membuat kami saling belajar satu sama lain, saling memahami, saling menerima dan saling menghargai.

Pada bulan februari 2015, tepatnya ketika kami berulang tahun yang ke-4, tanpa disengaja mungkin inilah yang dinamakan takdir. Kami diberikan kesempatan berkolaborasi berkebun dengan rumah baca ujung berung. Mungkin pernah mendengar rumah baca ujung berung (RBU) yang berlokasi di dalam perumahan ujung berung indah?


Sekilas cerita tentang Rumah Baca Ujung Berung (RBU)….

Rumah baca ujung berung didirikan dari kepedulian pengelola terhadap budaya membaca pada masyarakat di sekitarnya. Pengelola sebagai pengurus PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) memiliki suatu harapan yang besar terhadap kualitas dan kuantitas membaca warganya, terlebih dahulu pengelola menarik minat warga dengan mengadakan kegiatan di rumah baca. Hingga akhirnya Rumah baca Ujung berung mulai banyak memiliki kegiatan diantara belajar bahasa mandarin, lomba mewarnai anak usia TK dan SD, berkebun, menulis, berdongeng, dan lain-lain. Rumah Baca Ujung Berung salah satu rumah baca/Taman Bacaan Masyarakat yang telah meraih banyak prestasi di Kota Bandung. Banyak hal positif dan bermanfaat yang telah banyak dilakukan oleh Rumah Baca Ujung Berung sebagai bentuk kepeduliannya kepada warga. 
 

Ide Awal Kolaborasi Kegiatan Berkebun

Saat itu saya bertemu dengan pengelola bu Santi di suatu kegiatan taman bacaan masyarakat yang sedang dikelola oleh CSR saya bekerja. Entah mungkin Alloh SWT yang menggerakan hati dan pikiran ini untuk berkunjung ke rumah baca. Awalnya beliau cerita banyak sejarah berdirinya rumah baca ujung berung dan kegiatan-kegiatan yang telah rumah baca ujung berung lakukan selama ini. Hingga beliau pun bercerita kegiatan kebun yang dilakukannya bersama para pemuda karang taruna dan ibu-ibu PKK, serta keinginan beliau untuk belajar membuat media tanam yang sesuai dengan wilayahnya. Wilayah rumah baca ujung berung adalah rumah padat penduduk, jalan masuknya saja kecil, hanya dapat dilewati 1 motor. Kebayang bukan selebar apakah jalannya? Bagaimana mungkin untuk berkebun di wilayah tersebut? 
 
Setelah saya amati dengan baik-baik wilayah tersebut dan minat masyarakat yang sudah sering berkebun, saya mengusulkan vertical farming sebagai salah satu media tanam kreatif. Tentunya vertical farming ini dapat dikreasikan si pembuatnya. Tentunya ide vertical farming ini, tidak saya dapatkan dari pemikiran saya pribadi melainkan dari sekian banyak pengalaman dan ilmu berkebun yang saya lakukan dengan keluarga saya terkasih .BdgBerkebun. Kemudian saya berpikir, tak ada salahnya jika kami berkunjung dan berbagi ilmu & pengalaman kepada masyarakat di sekitar rumah baca ujung berung. Bukankah ini suatu kegiatan yang bermanfaat bagi kami dan rumah baca ujung berung yang melibatkan warga? Kami bukanlah seorang petani, tukang kebun atau ahli hidroponik/vertical farming/pertanian/perkebunan, kami adalah sekumpulan pemuda-pemudi yang memiliki spirit untuk melakukan kegiatan positif yaitu berbagi ilmu, pengalaman dan bermanfaat bagi masyarakat di Bandung. 
 
 
Hasil kesepakatan yang berbuah manis…

Keputusan kolaborasi kegiatan ini adalah hasil kesepakatan bersama antara para penggiat .BdgBerkebun. Why? Karena .BdgBerkebun terdiri dari banyak kepala, bukan saya saja. Awalnya dari ide saya dan pengelola rumah baca ujung berung, tetapi setiap keputusan kami didasarkan dari hasil diskusi bersama. Ini juga yang saya pelajari dari .BdgBerkebun, diskusi sebagai media belajar yang bermanfaat, kami banyak belajar dari beragam pikiran, berusaha menerima masukan, menghormati ide dan pendapat dari teman-teman yang lain. Terkadang inilah yang membuat saya pribadi sangat nyaman dan bebas berkreasi dan menjalin keluarga dengan penggiat .BdgBerkebun. Di saat saya mengajukan ide berkolaborasi dengan Rumah Baca Ujung Berung kepada mereka, saya hanya berpikir bagaimana kegiatan yang akan kami lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dalam kolaborasi ini kami membagikan ilmu, pengalaman berkebun dan membuat vertical farming.


 
Ketika kita telah membagikan suatu hal yang bermanfaat akan ada kepuasan batin yang dirasakan oleh kita. 
 
 
Inilah .BdgBerkebun rumah yang kami tinggali dengan berjuta pemikiran positif dan kreativitasnya, karena saya punya suatu harapan .BdgBerkebun kelak akan terus bergerak membangun melalui ide kreatif dan ketulusan hatinya bersama masyarakat di kota Bandung tercinta.

HIDUP ADALAH BERBAGI, MEMBERI, MENERIMA DAN BERKOLABORASI.
(Lita Rahman, 2015)

Feb 10, 2015

Jangan Ragu Bergabung dengan Bandung Berkebun

Percaya kah kalian bahwa Tuhan sudah menggariskan beberapa makhluk-Nya untuk berjodoh dengan sebuah komunitas? Percayakah kalian, bahwa disamping ketertarikan kita pada sebuah komunitas, ada dorongan lain yang membuat kita nyaman dan ingin terus berada disebuah komunitas? Saya harap kalian percaya, karena apa yang membuat saya bertahan hingga bersedia menulis artikel ini adalah bukti dari kenyamanan yang saya dapatkan setelah hampir satu tahun bergabung bersama Bandung Berkebun.

Awalnya, hanya iseng ingin memulai gerakan untuk mengubah halaman beton di depan rumah menjadi rimbun dengan tanaman. Keisengan itu justru membawa saya untuk penasaran dengan komunitas-komunitas peduli lingkungan yang ada di Bandung. Tanpa riset atau perlu searching lama dan panjang, Tuhan mempertemukan saya dengan komunitas Bandung Berkebun. Atau secara halusnya, Tuhan menjodohkan hidup saya dengan komunitas ini.

Satu nilai yang saya dapatkan saat pertama datang dan gabung dengan Bandung Berkebun adalah keceriaan yang dibawa ketika berkebun. Biasanya, orang awam akan menganggap bahwa berkebun itu capek, panas, bikin kulit hitam, bikin haus, dan gak menyenangkan sama sekali. Saya pun berfikiran demikian awalnya. Tapi setelah hampir setiap hari minggu pagi rutin datang ke kebun milik Bandung Berkebun, ada suasana baru yang selalu bikin rindu. Suasana ceria, penuh kejutan, dan hangat yang ditawarkan para penggiat nya membuat datang ke kebon menjadi semacam adiksi yang harus saya dapat setiap minggu nya.

Ada kekeluargaan yang mereka tawarkan, pengetahuan yang mereka bagikan, dan peduli lingkungan yang mereka tularkan. Sekarang, rasanya saya gak perlu memanggil dengan kata "mereka" , karena saya sudah merasa menjadi satu dengan mereka.


Dijodohkan dengan Bandung Berkebun, membuat fikiran terbuka dan kaki ikut melangkah maju. Mungkin memang banyak komunitas yang peduli dengan kehijauan kota. Tapi disini, kembali lagi pada Tuhan yang sudah menggariskan pada siapa saja kita akan tertambat hatinya. Dan pada Bandung Berkebun lah, hati saya tertambat. Bukan hanya dengan visi dan misi komunitas ini, tapi juga dengan penggiat-penggiat nya yang hingga sekarang tetap menyebarkan atmosfir hangat ketika sedang ngebon.


Ada banyak hal yang didapat, ketika kita berada pada titik sadar bahwa manusia takkan bisa hidup sendiri. Ada alam, yang perlu menyeimbangkan. Dan Bandung berkebun tengah dalam misinya membuat alam kembali ceria, tidak menangis lagi. Mungkin, kami hanya segelintir orang yang berharap bahwa kota, khususnya Bandung akan kembali hijau. Dan menyebarkan spirit berkebun ke seluruh penjuru Bandung bukanlah hal yang mudah, perlu banyak penyambung lidah.

Dengan menulis artikel ini, saya berharap bahwa diluar sana akan semakin banyak orang yang 'dijodohkan' dengan Bandung Berkebun. Akan banyak penyambung lidah yang menularkan sprit bahwa ngebon adalah kegiatan yang penuh keceriaan meski kadang perlu berpanas-panasan terlebih dahulu.


Kebun Tubagus Ismail akan dengan senang hati menerima siapapun yang bersedia datang dan mau merelakan kulitnya tersengat sinar matahari demi menggemburkan tanah di tengah kota. See you there, guys [Irfa Hazawardi]

Jan 9, 2015

[BBB #3 Minggu 8] Panen Raya

21 Desember 2014 adalah minggu terakhir dari program Bandung Belajar Berkebun #3 (BBB #3). Wuah, ngga terasa yah, perasaan baru kemaren kumpul perdana di kebun Tubagus. Minggu terakhir adalah puncak dari serangkaian program BBB #3, yaitu PANEN RAYA. Memang seharusnya panen merupakan puncak dari berkebun, bukan? Setelah menanam benih, tumbuh batang dan daun, makin tumbuh dewasa, lalu dipanen deh…

Maunya sih bedengan setiap kelompok dapat dipanen. Tapi iya gitu, amat disayangkan ngga semua bedengan tumbuh subur. Maklumlah waktu pelaksanaan BBB #3 juga saat musim hujan. Mungkin bisa menjadi salah satu penyebab kurang suburnya semua bedengan. Alhasil hanya beberapa bedengan yang dapat dipanen. Walaupun demikian, semua itu tidak mengurangi keceriaan peserta BBB #3 dan penggiat Bandung Berkebun untuk memanen aneka tanaman. Hasil panen pun jumlahnya lumayan untuk dimasak dan dibawa pulang. ^.^

Horeeeee panen...

Usai panen, kami pun memasak supaya dapat menikmati hasil berkebun yang telah ditanam selama 8 minggu. Ada dua tim saat proses pengolahan masakan. *Sebenarnya bukan tim juga, hanya pembagian tugas. Tim cowo bertugas mencuci hasil panen dan tim cewe bertugas memasak makanan.

calon suami idaman itu adalah cowo yang mau nyuciii sayur
calon istri idaman itu adalah cewe yang bisa masak
Dua menu utama yang dimasak yaitu tumis kangkung dan capcay. Selain itu, ada juga cemilan yang dimasak seperti salad bayam, bayam goreng tepung, tahu, tempe, ikan asin, dan kol goreng tepung. Sebanarnya masih mau masak mie campur caisim. Khawatir mubazir makanya ngga jadi dimasak.


Tak beberapa lama kemudian, masakan pun selesai dimasak. Setelah itu, nasi dan masakan dihidangkan pada daun pisang yang segede gaban. Iya, kami botram rame-rame. Semua yang hadir sangat menikmati masakan. Apalagi peserta BBB #3. Bagaimana tidak? Semua proses dari menanam, memanen sampai memasak dikerjakan sendiri. Sungguh kepuasan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. ^.^

nyam nyam nyam

Perut kenyang… Kami pun mulai membersihkan dan merapikan daun pisang dan sisa makanan. Ada untungnya menggunakan daun pisang karena dapat membusuk di alam dan dapat juga didaur ulang untuk dijadikan composting.

Kebun pun rapi kembali. Kemudian panitia BBB #3 mengadakan ramah tamah dengan peserta BBB #3 yang mulai saat itu sudah berubah status menjadi penggiat baru Bandung Berkebun. Setiap penggiat baru memberikan kesan, kritik dan sarannya mengenai program BBB #3. Alhamdulillah, penggiat baru sangat menikmati rangkaian program BBB #3 meskipun ada juga kritik yang membangun. Wajar saja karena tak ada gading yang tak retak. Panitia BBB #3 juga menyadari kekurangan program BBB #3. Kami berharap program BBB makin baik dan terus berlangsung sampai BBB season berikutnya mengalahkan sinetron Tersanjung jaman 90’s yang ber-season season. Hehehe

Testimonial penggiat baru Bandung Berkebun

Oh iya, selama rangkaian BBB #3 mulai minggu 1 – 8 ada dokumentasi foto yang sayang hanya disimpan di bawah bantal folder saja. Seperti foto-foto di bawah ini:

au au au ekspresinya samaan gituh teh
Akang teteh berkacamata liat apaan tuh di langit?
ayo lagi ngapain tuh berduaan? prikitiuwwww
semangat sekali nge-cangkulnya... keren!!!
ada yang curi-curi pandang. uhuyyyy
duh, ekspresinya ngegemesin sampe di-upload 2X

Demikianlah rangkaian program Bandung Belajar Berkebun #3 (BBB #3). Semoga bermanfaat… Mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dari panitia BBB #3. Oh iya, untuk melihat rangkaian kegiatan BBB #3 dari minggu sebelumnya, silahkan klik link di bawah ini:

Foto bersama sebagai penutup rangkaian BBB #3
 
Salam Berkebun! Digali! Ditanam! Disiram!

Dec 27, 2014

[BBB #3 Minggu 7] Berbagi Spirit .BdgBerkebun

Yak, tidak terasa Bandung Belajar Berkebun # 3 (BBB #3) ini sudah memasuki minggu ke-7. Nah pada minggu ke-7 yang diadakan tanggal 14 Desember 2014 ini, saatnya berbagi tentang komunitas .BdgBerkebun. Kenapa perlu berbagi soal komunitas .BdgBerkebun? Bukannya udah pada tau .BdgBerkebun itu apa? Iya udah tau sih, tapi masih yang umum-umum aja. Oleh sebab itu, dalam kesempatan kali ini kita ingin memperkenalkan .BdgBerkebun lebih jauh…eh, lebih dekat maksudnya!

Sebelum diskusi, kita panen dulu nya

Ketika berbicara tentang .BdgBerkebun, tak pernah lepas dengan yang namanya spirit. Mengapa? Ya, karena inti dari .BdgBerkebun adalah spirit. Spirit untuk mewujudkan tujuan besar kita yaitu Se-Bandung Berkebun, alias mengajak sebanyak-banyaknya (bahkan semua!) masyarakat di Bandung untuk berkebun. Pada dasarnya .BdgBerkebun sendiri adalah sebuah pergerakan, sedangkan komunitas merupakan 'wadah'.

Nah, agar spirit nya lebih terasa maka pada pertemuan kemarin kita menghadirkan penggiat-penggiat kece .BdgBerkebun yang kebetulan sudah lumayan lama nggak nongol di kebun untuk berbagi tentang pengalamannya di .BdgBerkebun. Ada teh Listi, kang Arief, kang Denata, kang Ardi, dan kang Angga. Karena saat itu yang hadir tidak terlalu banyak, maka situasi ini dimanfaatkan sebagai peluang untuk menjadikan diskusi saat itu menjadi lebih 'intim' alias dekat dan interaktif. Hehehe…

Diskusi ini diawali oleh penceritaan semua orang yang ada di situ mengenai kegiatan masing-masing saat ini dan alasan ingin bergabung dengan .BdgBerkebun. Ternyata kegiatan sehari-hari penggiat .BdgBerkebun memang bermacam-macam, mulai dari mahasiswa, ibu rumah tangga, guru, pebisnis online, karyawan, psikolog, arsitek, dll. Tujuan bergabung di .BdgBerkebun juga tidak kalah variatif, mulai dari yang memang ingin belajar berkebun dengan serius, ingin menambah pergaulan, mengisi waktu luang, ajang refreshing saat mengerjakan tugas akhir, bahan tugas akhir, mengkontribusikan ilmu, hingga mencari jodoh! Haha. Ini lah menariknya .BdgBerkebun, di mana orang-orang di dalamnya terdiri dari berbagai latar belakang dan minat yang berbeda-beda, namun berkolaborasi sedemikian rupa untuk mewujudkan tujuan bersama. Jadi tidak sepenuhnya tepat kalau .BdgBerkebun dikatakan sebagai kumpulan orang-orang yang hobi berkebun (saja), karena minat kami sebenarnya bermacam-macam. Tidak tepat pula jika dikatakan .BdgBerkebun sebagai ahlinya berkebun, karena kenyataannya kami nggak jago-jago amat berkebun (silakan tengok http://chirpstory.com/li/63637 untuk cerita lebih lanjut tentang Yes Vs No-nya .BdgBerkebun). Meskipun nggak jago-jago amat berkebun, kami membuka ruang untuk belajar berkebun bersama melalui proses berbagi. Berbagi ilmu, pengalaman, manfaat, energi, waktu, peralatan, pinjaman lahan, dan lain-lain.

serunya diskusi spirit .BdgBerkebun

Di sela diskusi seru ini, akang-teteh penggiat .BdgBerkebun juga bercerita mengenai keseruan ketika mengkolaborasikan ilmu dalam menggulirkan pergerakan .BdgBerkebun. Misalnya, bagaimana ilmu manajemen sains – hubungan internasional – psikologi – arsitektur – pertanian – keahlian memasak bisa berkolaborasi dalam memunculkan dan mewujudkan ide di .BdgBerkebun. Kolaborasi memang menjadi salah satu kunci dalam pergerakan .BdgBerkebun. Tidak hanya internal antar penggiat, tetapi juga kolaborasi dengan komunitas lain yang senantiasa saling melengkapi dan menghasilkan warna tersendiri. Diceritakan pula mengenai asal-usul beberapa istilah yang menjadi trademark .BdgBerkebun, seperti CreatifarmingTM (http://chirpstory.com/li/112378 ), dan juga tagline .BdgBerkebun (http://chirpstory.com/li/77977 ).

Diskusi ini rupanya menjadi terus berkembang alias ngaler ngidul. Tak hanya bercerita tentang komunitas, tetapi juga manfaat dari berkebun serta mengikuti komunitas .BdgBerkebun. Salah satu bahasan ketika itu adalah, berkebun membuat kita menjadi lebih berbahagia. Menanam, merawat, memanen, hingga memasak dan memakan sayur hasil sendiri…kewl bingiiits kan?! Ya, hal-hal seperti inilah yang membuat kami lebih bahagia. Ditambah berkumpul dan belajar bersama teman-teman baru. Berkontribusi kepada lingkungan, karena lewat berkebun lingkungan menjadi lebih hijau. Lewat mengkonsumsi sayur yang ditanam sendiri, kita tahu betul makanan yang kita makan aman, dan tidak menghasilkan karbon dari transportasi yang kita gunakan jika membelinya di luar rumah. Sehat dan bahagia. Ah, what a luxury, isn’t it?. Sedangkan manfaat dari mengikuti komunitasnya sendiri, di antaranya menambah wawasan dan jejaring pergaulan. Bahkan ada beberapa penggiat yang mendapat pekerjaan karena jejaring .BdgBerkebun, dan bahkan ada juga yang menemukan jodohnya di sini lho… cihuuy!


Kembali soal spirit. Pertanyaan penting yang muncul adalah,

"Bagaimana spirit ini tetap bisa hidup meskipun generasi silih berganti?"

Bukan hal yang mudah untuk dijawab memang, karena spirit merupakan sesuatu yang sangat abstrak. Untuk menjaga sesuatu tetap 'hidup' adalah dengan memenuhi kebutuhan dasarnya (misalnya : makan, bernafas, dsb.). Ciri kehidupan di antaranya adalah adanya energi yang menimbulkan perubahan, perkembangan, dan pergerakan. Singkat kata, hidup itu dinamis. Berdasarkan pemahaman dan pengalaman kami, sepertinya salah satu kunci yang perlu dijaga agar spirit tetap hidup adalah selalu adanya pembaharuan alias inovasi. Pembaharuan inilah yang memicu orang-orang di dalamnya untuk senantiasa berkreasi melalui proses diskusi hingga eksekusinya. Pembaharuan yang berasal dari gairah (=energi) menggulirkan pergerakan *tsahhh*. Pembaharuan yang tetap berpegang teguh pada tujuan utama.

Tak terasa matahari semakin meninggi, dan diskusi seru ini pun harus diakhiri. Meskipun diskusinya sudah selesai, semoga menjadi benih diskusi-diskusi seru lainnya untuk menjaga spirit .BdgBerkebun terus menggelora. Salam berkebun!


Berkebun hanya butuh sedikit lahan, banyak keinginan, dan sejibun kreativitas!

Testimonial peserta BBB #3

Dec 20, 2014

.BdgBerkebun Road to Bandung Agri Market Part 2

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertapa) Bandung mengadakan Bandung Agri Market (BAM) untuk yang ketiga kalinya pada tanggal 14 Desember 2014. Adapun lokasi BAM yang ketiga terletak di Jl. Saparua. Persis pada BAM kedua yang dilaksanakan tanggal 26 Oktober 2014. Dekorasi dan ornamen BAM ketiga pun mirip dengan BAM kedua.

Ornamen Bandung Agri Market (BAM)
Photo by: Kang Yanto

Secara umum BAM ketiga memang mirip dengan BAM kedua. Tak hanya dari host penyelenggara dan pengisi acara, pemandu acaranya pun sama. Mungkin bedanya dari jumlah pengunjung yang kian ramai. Tak hanya warga Bandung tapi juga warga luar Bandung seperti Depok, Jakarta, Kabupaten Bandung, dll. Pengunjung telah mulai berdatangan sebelum jam 7:00 pagi. Padahal belum semua booth sudah siap melayani pengunjung. Sungguh luar biasa antusias pengunjung BAM kali ini.

Pengunjung BAM
Photo by: Kang Yanto

.BdgBerkebun ikut berpartisipasi dalam BAM bulan Desember. Ini merupakan partisipasi kedua .BdgBerkebun setelah BAM kedua bulan Oktober silam. Adapun cerita BAM bulan Oktober dapat dilihat di sini

Booth Bandung Berkebun
Photo by: Kang Yanto

Lokasi booth .BdgBerkebun sama persis dengan BAM bulan Oktober, yaitu booth ketiga dari gerbang timur. Selain .BdgBerkebun, booth Bandung Berkebun juga diisi oleh Kelurahan Kaca Piring dan Bu Cici dari warga Kelurahan Sekeloa. Lagi-lagi pengisi booth juga sama dengan BAM sebelumnya.

Pada booth Bandung Berkebun, pengunjung dapat membeli aneka benih (sayuran, buahan, herb dan bunga), aneka bibit (sayuran, strawberry, anggur, cabe-cabean, herb), media tanam (sekam bakar, pupuk, tanah), media hidrogel, pot, merchandise rajutan. Aneka jualan yang lumayan lengkap. Wajar saja karena pengisi booth Bandung Berkebun juga banyak.

Kesibukan tim .BdgBerkebun
Photo by: Kang Yanto

Keuntungan lain mengunjungi booth Bandung Berkebun adalah pengunjung dapat bertanya dan berdiskusi seputar barang yang dibeli, cara bertanam dan program .BdgBerkebun. Memang itulah tujuan sebenarnya .BdgBerkebun yaitu mengajak warga memanfaatkan lahan kosong untuk berkebun dengan beragam metode seperti berkebun pada pot, hidroponik atau vertikultur.

Pengunjung booth Bandung Berkebun
Photo by: Kang Yanto

Sekitar jam 12:00, pengunjung mulai sepi dan beberapa booth juga sudah membereskan barang-barang pada booth masing-masing. Hal itu juga sesuai dengan rencana host BAM bahwa waktu penyelenggaraan BAM berlangsung mulai jam 07:00 sampai 12:00. Booth Bandung Berkebun pun mulai dibereskan jam 12:00. .BdgBerkebun puas dengan rangkaian BAM meskipun masih ada yang perlu dievaluasi. Sampai juga pada event Bandung Agri Market (BAM) berikutnya…

Bersama Bu Cici, Kang Yanto dan pengunjung booth Bandung Berkebun
Photo by: Bu Cici

Salam Bandung Berkebun

Text by: Rizka

[BBB #3 Minggu 6] Field Trip to InaGreen Farm

Minggu keenam Bandung Belajar Berkebun #3 (BBB #3) menunjukan benih yang ditanam makin remaja. Tapi belum dapat dipanen karena belum cukup umur. Sembari menunggu masa panen, .BdgBerkebun mengadakan acara field trip ke perkebunan sayuran organik Lembang bernama InaGreen Farm pada tanggal 6 Desember.

.BdgBerkebun dan peserta BBB #3 berkumpul di kebun Tubagus Ismail jam 8:00. Sebelum berangkat, kami membersihkan bedengan; membolak-balikan tanah, membersihkan gulma, menyemprot pestisida nabati dan menyiram tanaman.

Setelah satu jam membersihkan bedengan, .BdgBerkebun dan peserta BBB #3 berangkat ke InaGreen Farm. Bisa dibilang perjalanan menuju lokasi InaGreen Farm tersebut membutuhkan perjuangan. Jalan yang kurang mulus diselingi berkali-kali tajaman dan tikungan curam harus dilewati. Namun, perjalanan tersebut terbayar setelah menemukan perkebunan InaGreen Farm yang luasnya berkali-kali kebun Tubagus Ismail.

Sekilas tentang InaGreen Farm

InaGreen Farm merupakan perkebunan sayuran organik yang memiliki luas sekitar 7000 meter dan memiliki 11 green house. Hasil panen InaGreen Farm dapat ditemukan pada supermarket Bandung dan sekitarnya. Seperti: Borma, Yogya, supermarket STBD (STBD itu nama gahol dari SeTiaBuDi, hehehe). InaGreen Farm merupakan perkebunan milik Kang Bimo yang merupakan salah satu pendiri .BdgBerkebun. Saat ini, InaGreen Farm memiliki jumlah pekerja sebanyak 12 orang termasuk pekerja lapangan maupun kantor. Hari kerja InaGreen Farm mulai dari hari senin sampai sabtu. Hari minggu adalah hari libur makanya field trip InaGreen Farm tidak berlangsung pada hari Minggu.

Green house InaGreen Farm
Photo by: Yayuk

Tiba di InaGreen Farm, kami disambut baik oleh Kang Koswara yang merupakan salah satu pegawai InaGreen Farm. Kang Koswara mengajak kami berkeliling green house sambil menjelaskan tanaman organik.

Kang Koswara
Photo by: Yayuk

Menurut Kang Koswara, ada 11 tanaman yang sedang dibudidayakan InaGreen Farm yaitu: salada, lolorosa, romaine, pakcoy, kangkung, horenso, bayam, bayam merah, endive, caisim dan kailaan. Tanaman - tanaman tersebut merupakan tanaman yang sering ditanam pada dataran rendah yang memiliki intensitas matahari penuh dan umur panen sekitar 35-40 hari. Semua bibit ditanam pada bedengan setelah disemai terlebih dahulu. Semua bedengan dilapisi plastik mulsa untuk menjaga kualitas tanaman dari penyakit serta menjaga tanaman saat hujan agar tidak langsung jatuh ke tanah. Plastik mulsa dapat juga digunakan saat musim kemarau untuk menjaga kelembaban tanah sehingga tidak tumbuh gulma.

Peserta BBB #3 tampak serius mendengarkan penjelasan Kang Koswara
Photo by: Dwi

Perawatan tanaman dilakukan dengan penyiraman dan pemupukan. Biasanya penyiraman dilakukan 2X/hari saat musim kemarau. Sedangkan musim hujan hampir tidak pernah disiram karena intensitas hujan sudah cukup membasahi tanaman. Untuk pemupukan, InaGreen Farm menggunakan dua pupuk yaitu pupuk untuk akar dan daun. Pupuk kandang digunakan untuk menjaga kualitas tanah dan akar tanaman. Biasanya InaGreen Farm membutuhkan 5 gerobak pupuk kandang dari kotoran sapi, ayam dan sisa sortiran daun untuk 1 meter bedengan. Pupuk daun menggunakan pupuk organik yang dibeli di pasaran dengan frekuensi penggunaan pupuk disesuaikan dengan petunjuk pemakaian.

Diantara 11 tanaman yang dibudidayakan InaGreen Farm, yang menjadi best seller adalah bayam, kangkung, pakcoy dan salada. Meskipun demikian, beberapa diantara tanaman yang dibudidayakan InaGreen Farm belum familiar. Kang Koswara pun mengajak kami ke bedengan tanaman yang belum familiar sambil menjelaskan tanaman tersebut.

Horenso

Horenso
Photo by: Yayuk

Horenso disebut juga dengan bayam jepang. Sekilas bentuk struktur horenso memang mirip dengan bayam lokal hanya ukurannya lebih besar. Umur panen horenso sekitar 40 hari. Perawatan horenso pun sulit sehingga harga jual horenso paling mahal diantara tanaman yang dibudidayakan InaGreen Farm.

Lolorosa

Lolorosa
Photo by: Yayuk

Bentuk lolorosa mirip dengan salada merah. Namun struktur daunnya lebih keriting daripada salada merah. Lolorosa sering digunakan sebagai makanan salad.

Romaine lettuce

Romaine lettuce
Photo by: Yayuk

Benih romaine lettuce merupakan benih termahal diantara benih InaGreen Farm. Namun, perawatan romaine lettuce tidak sesulit horenso. Romaine lettuce tidak menggunakan pestisida nabati. Sehingga harga jual romaine lettuce tidak semahal horenso. Biasanya umur panen romaine lettuce sekitar 35 hari.

Pakcoy

Bentuk pakcoy mirip dengan sosin dan sawi. Bedanya hanya dari daun yang tidak bisa melebar. Pakcoy dapat diolah dengan ditumis atau direbus sebelum dimakan.

Endive

Endive
Photo by: Yayuk

Bentuk endive mirip dengan salada tapi sangat keriting. Benih endive disemaikan selama 2 minggu dan umur panennya sekitar 35 hari.

Kailaan

Kailaan berasal dari China. Umur panen kailaan sekitar 40 hari. Kailaan dapat dimasak langsung dengan direbus atau ditumis.

Selain menjelaskan tanaman InaGreen Farm, Kang Koswara juga memberikan tips menanam organik sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui benih yang baik, dapat dilakukan cara berikut: rendam benih pada air hangat. Perhatikan benih setelah 5 menit. Jika benih tenggelam, maka itulah 100% benih. Jika benih terapung, itu bukan benih.
  2. Penyiraman paling baik pada musim kemarau karena dapat mengatur intensitas air.
  3. Pemupukan dilakukan dengan pemupukan akar (menggunakan pupuk kandang atau bokashi) dan pemupukan daun yang dapat dibeli di pasaran. Perhatikan petunjuk pupuk daun. Jika tertera angka 32 10 10, maka maksud angka tersebut adalah 32 N, 10 P dan 10 K. Pemupukan daun dilakukan sebanyak 2 kali dan waktu pemupukannya dilihat dari petunjuk pupuk daun. Pemupukan pertama bisa berumur 7-10 hari dan pemupukan kedua bisa berumur 20 hari. 
  4. Masa panen ditentukan dari umur tanaman. Jika tanaman sudah cukup umur tapi tanamannya masih kerdil, langsung saja dipanen. Karena bisa saja tanaman tersebut memang tanaman yang tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi.
  5. Untuk mengecek tanaman organik, dapat diperhatikan dari tanaman tersebut. Biasanya tanaman organik lebih tahan lama dan rasanya pun mempunyai kekhasan tersendiri. 
  6. Tanaman hidroponik bukan merupakan tanaman organik. Karena proses penanaman tanaman hidroponik menggunakan nutrisi yang mengandung bahan kimia. 
Ada pakebun cilik juga loh
Photo by: Yayuk

Selain mengunjungi green house, Kang Koswara juga mengajak kami ke tempat packaging. Beberapa tahapan sebelum packaging adalah memanen, menyortir sayuran yang layak jual (daunnya bagus dan tidak berlubang), mencuci sayuran sehingga terlihat segar, menimbang sayuran (biasanya 1 pax sekitar 250 gr) dan melakukan packing dengan membungkusnya pada plastik. Sayuran InaGreen Farm pun siap dijual pada supermarket di Bandung dan sekitarnya.

Tempat packaging InaGreen Farm

Setelah melihat proses packaging InaGreen Farm, usai sudah kegiatan field trip ke InaGreen Farm. Terima kasih InaGreen Farm. Terima kasih Kang Koswara atas materinya.

InaGreen Farm

Jl. Manoko, Lembang 
Twitter: @InaGreenFarm 
Facebook: inagreen.farm 



Salam Berkebun! Digali! Ditanam! Disiram

Text by: Rizka