Nov 22, 2014

[BBB #3 Minggu 3] Pembuatan Pupuk Bokashi dan Pestisida Nabati

Minggu ketiga Bandung Belajar Berkebun #3 (BBB #3) dilaksanakan pada tanggal 16 November 2014 di tempat biasa yaitu kebun Tubagus Ismail. Meskipun disambut gerimis mengundang pada pagi hari, kami masih semangat mengikuti rangkaian acara BBB #3.

Acara dimulai jam 8:10 WIB yang dibuka oleh Dwi selaku penanggungjawab acara BBB #3. Setelah itu, kami memulai ritual acara pembuka yang tak lain adalah "bermain-main" di bedengan. Membersihkan gulma, membolak-balikan tanah, menanam benih, memindahkan bibit bayam yang telah disemai dan menyiram tanaman.

"Bermain-main" di bedengan tercintah




Usai "bermain-main" di bedengan, peserta BBB #3 dikumpulkan untuk diberikan materi. Materi minggu ketiga seru banget loh tentang pembuatan composting pupuk bokashi dan pestisida nabati. Tak hanya pengarahan materi tapi juga praktek pengolahannya. Ketujuh kelompok BBB #3 membawa bahan dan peralatan dari rumah masing-masing. Ada yang membawa bumbu dapur, peralatan seperti botol, gunting, pisau, dll. Ada juga yang membawa bahan yang membutuhkan perjuangan saat membawanya yang tak lain adalah sampah organik. Makasih loh ya sudah membawa sampah organik yang baunya surgawi itu. ^.^

Cara pembuatan composting (pupuk bokashi) itu begini loh…

Materi composting diberikan oleh Kang Galih. Beliau menjelaskan bahwa pupuk bokashi itu sebenarnya dapat diolah sendiri dengan menggunakan sampah organik dan mikroorganisme decomposer. Proses pembuatan pupuk bokashi berlangsung selama 1-14 hari. Biasanya proses pembuatan pupuk bokashi lebih cepat daripada pengomposan konvensional.

Pupuk bokashi pertama kali popular di Jepang. Menurut istilah bokashi berasal dari Bahasa Jepang yang artinya perubahan secara bertahap. Dalam pembuatan pupuk bokashi dibutuhkan mikroorganisme decomposer yang bernama EM4. Larutan EM4 yang dipopulerkan oleh Prof Teruo Higo di Jepang dapat mengurai sampah organik dengan cepat. Mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 terdiri dari bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), Actinomycetes dan ragi. (Sumber: alamtani.com)
Galih memberikan materi
Bahan:
  1. Sampah organik (basah/kering) berwarna coklat yang banyak unsur karbon. Perbandingan sampah organik kering : basah adalah 4:1 
  2. Dedak 
  3. Sekam bakar yang mengandung bakteri microsom (fotosintesis asam laktat) untuk media tumbuh  
  4. 2 ml larutan EM4 untuk kesuburan tanah 2 sendok gula merah/glukosa untuk mengaktifkan microorganisme

Alat:
  1. Wadah untuk menyimpan pupuk bokashi
  2. Termometer untuk mengecek suhu bokashi

Langkah:
  1. Campurkan sampah organik, dedak dan sekam bakar
  2. Aduk bahan tersebut secara merata selama ±30 menit
  3. Tuangkan 2 ml EM4 untuk kesuburan tanah
  4. Campurkan 2 sendok gula merah/glukosa ke dalam wadah yang sudah dibolongi untuk pupuk cair
  5. Cek termometer sampai suhu menunjukkan 40 - 45 derajat Celcius
  6. Tutup dan simpan bokashi pada tempat yang teduh untuk memperbanyak microorganisme sehingga mudah terurai

Info penting!!!

Saat pembuatan pupuk bokashi harus memperhatikan temperatur (40 – 45 derajat Celcius), siklus udara, pH (6 – 6.8) dan kelembaban (tidak boleh > 40)

Mencampurkan bahan pupuk bokashi

Nah, kalau pembuatan pestisida nabati begini caranya…

Materi pembuatan pestisida nabati disampaikan oleh Teh Sri. Teh Sri menjelaskan bahwa pestisida nabati mulai digalakkan lagi mengingat penggunaan pestisida nabati yang baik untuk kesehatan. Pestisida yang berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berarti obat digunakan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman. Pestisida nabati merupakan pestisida ramah lingkungan dan penyusunnya dari alam. Pembuatan dan penggunaan pestisida nabati pun mudah dilakukan karena bahan-bahan yang diperlukan banyak tersedia di pasar.

Pengendalian hama terpadu:
  1. Pengendalian secara mekanik (hama dibuang langsung menggunakan tangan atau dibersihkan manual)
  2. Pengendalian secara fisik (adanya modifikasi lingkungan seperti menggunakan cahaya atau meningkatkan kelembaban)
  3. Pengendalian secara biologi (menggunakan musuh alami atau predator hama)
  4. Pengendalian secara budidaya (contoh: pengendalian dengan cara tumpang sari)
  5. Pengendalian secara kimia (menggunakan bahan alami yang bisa dijadikan pestisida)
Sri memberikan materi

Bahan:
  1. 1 siung bawang merah
  2. 1 siung bawang putih
  3. 1 sendok teh bubuk cabe.
  4. Sabun cair

Alat:
  1. Pisau
  2. Botol aqua 1.5 liter
  3. Sendok kecil
  4. Sprayer
  5. Gunting

Langkah:
  1. Iris bawang merah dan bawang putih dengan tipis
  2. Rendam bawang merah dan putih yang telah diiris serta bubuk cabe ke dalam air aqua
  3. Tuangkan sabun cair dan air ke dalam botol aqua kemudian diamkan selama 1 jam
  4. Saring larutan ke dalam kain furing/tempayan kemudian tuangkan ke dalam sprayer

Info Penting!!!
  1. Pestisida menggunakan sabun cair untuk meluruhkan zat lilin yang ada dalam hama. Sehingga zat yang terdapat dalam bawang dan cabe bisa masuk ke hama.
  2. Cabe memiliki zat capsicin untuk memberikan rasa yang tidak enak untuk hama. Sehingga hama tidak mengganggu tanaman.

Kaka-kaka cantik sedang membuat ramuan pestisida nabati
huehueheeheeee
Usai materi diadakan tanya jawab dan perkenalan peserta BBB #3 yang baru datang pada minggu ketiga. Bisa dibilang pertemuan ketiga merupakan acara BBB #3 yang paling seru dan asyik. Walaupun rempong membawa alat & bahan dari rumah, sedikit gerimis pada pagi hari tapi acaranya ngga boring dan seruuuuuuuuuuuuu sekali.

Perkenalan peserta baru BBB #3
Acara penutup ritual "foto bareng"

Salam Berkebun. Digali! Ditanam! Disiram!

Penulis: Rizka
Fotografer: Yoga
Pemateri: Galih dan Sri

The Author

Created by bdgberkebun cyber team.

No comments:

Post a Comment